Sinopsis alur cerita film Jason Bourne 2016
TweetJason Bourne (2016) adalah film aksi-thriller yang menampilkan kembali mantan agen CIA Jason Bourne dalam petualangan baru yang erat kaitannya dengan dunia teknologi modern dan pengawasan digital. Film Jason Bourne (2016) membawa penonton ke dalam dunia spionase modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih dan ancaman siber. Cerita ini menggambarkan bagaimana kemajuan teknologi telah mengubah lanskap intelijen dan pengawasan, dengan Jason Bourne sebagai tokoh sentral yang harus beradaptasi dengan realitas baru ini.

Film dibuka dengan adegan yang menampilkan Nicky Parsons, mantan analis CIA, yang sedang melakukan operasi peretasan berisiko tinggi terhadap database rahasia CIA di Reykjavik, Islandia. Menggunakan teknik-teknik hacking canggih, Parsons berhasil menembus firewall CIA dan mengakses file-file rahasia terkait program hitam seperti Treadstone dan Blackbriar. Adegan ini menunjukkan kerentanan bahkan sistem yang paling aman sekalipun terhadap serangan siber yang terencana dengan baik.

Peretasan Parsons memicu alarm di markas besar CIA di Langley, Virginia. Di sini, kita diperkenalkan pada Heather Lee, Direktur Cyber Ops CIA yang brilian. Lee segera mengaktifkan protokol keamanan siber dan memulai operasi pelacakan menggunakan teknologi surveillance terkini. Sistem analisis big data CIA mulai memproses petabyte informasi dari berbagai sumber - CCTV global, data seluler, transaksi keuangan, dan aktivitas media sosial - untuk melacak pergerakan Parsons. Menggunakan teknologi pelacakan canggih, CIA melacak lokasi Parsons di Athena, Yunani. Di sana, dia bertemu Bourne untuk membagikan informasi yang diretasnya. Namun, pertemuan mereka terganggu oleh serangan CIA yang dipimpin oleh aset yang dikenal sebagai Asset. Bourne berhasil mendapatkan drive flash berisi file-file rahasia CIA dari Parsons. Menggunakan keahlian teknisnya, dia mulai mengurai informasi di dalamnya, yang mengarah pada rahasia tentang masa lalunya dan keterlibatan ayahnya dalam Treadstone.

Parsons bertemu dengan Jason Bourne di Athena, Yunani, untuk membagikan informasi yang dia retas. Sementara itu, tim cyber CIA under Lee's menggunakan teknologi pengawasan real-time untuk memantau pertemuan ini. Mereka memanfaatkan kamera keamanan, penyadapan sinyal seluler, dan bahkan drone pengintai untuk mengamati interaksi Bourne dan Parsons. Teknologi pengenalan wajah canggih digunakan untuk mengonfirmasi identitas Bourne di tengah kerumunan. Setelah CIA mengirim Asset untuk mengeliminasi Bourne dan Parsons, dimulailah adegan pengejaran intens yang menggabungkan aksi fisik dengan perang teknologi. Bourne menggunakan pengetahuannya tentang titik buta kamera pengawasan dan teknik anti-pelacakan untuk menghindari deteksi. Sementara itu, tim CIA terus memperbarui algoritma prediksi mereka, mencoba mengantisipasi langkah Bourne berikutnya berdasarkan pola perilakunya yang telah dianalisis.

Setelah mendapatkan drive flash dari Parsons, Bourne mulai menganalisis data di dalamnya. Ini melibatkan penggunaan teknik kriptografi untuk mendekripsi file-file terenkripsi dan software forensik digital untuk memulihkan data yang terhapus. Proses ini mengungkap informasi mengejutkan tentang keterlibatan ayah Bourne dalam program Treadstone dan proyek pengawasan baru CIA yang kontroversial. Di markas CIA, kita melihat pusat komando yang dipenuhi dengan layar dan komputer canggih. Lee dan timnya menggunakan software analisis prediktif untuk memetakan kemungkinan tujuan Bourne. Mereka juga memanfaatkan jaringan informan digital - bot di media sosial dan infiltrator dalam forum online - untuk mengumpulkan intel tentang aktivitas Bourne. Petualangan Bourne membawanya ke Silicon Valley, pusat inovasi teknologi. Di sini, dia mengungkap hubungan antara CIA dan Deep Dream, sebuah perusahaan media sosial raksasa. Deep Dream, dipimpin oleh visioner tech Aaron Kalloor, berencana meluncurkan platform baru yang secara diam-diam akan memberikan CIA akses tak terbatas ke data pribadi pengguna. Bourne menyusup ke kantor Deep Dream, menunjukkan keahliannya dalam social engineering dan hacking fisik. Dia berhasil mengakses server perusahaan, mengungkap rencana rahasia mereka untuk menciptakan "backdoor" dalam platform baru mereka yang akan memungkinkan pengawasan massal oleh pemerintah.
Klimaks film terjadi di Las Vegas, sebuah kota yang telah bertransformasi menjadi "smart city" dengan pengawasan dan otomatisasi di setiap sudutnya. Bourne harus menavigasi lanskap urban yang dipenuhi dengan kamera CCTV, sensor IoT (Internet of Things), dan sistem keamanan otomatis untuk mencapai tujuannya. Di sini, Bourne menunjukkan kemampuannya untuk memanipulasi infrastruktur digital kota. Dia meretas sistem lampu lalu lintas untuk menciptakan kemacetan, memanipulasi sistem keamanan hotel untuk mendapatkan akses, dan bahkan menggunakan drone yang diambil alih untuk pengawasan taktisnya sendiri.
Puncak film menampilkan Bourne berusaha menggagalkan rencana Dewey untuk menggunakan konvensi teknologi sebagai kedok untuk meluncurkan program pengawasan massal. Ini melibatkan pertarungan multi-level - fisik melawan Asset, dan digital melawan sistem keamanan CIA. Bourne menggunakan kombinasi keahlian hackernya dan kemampuan fisiknya. Dia menyusup ke sistem keamanan konvensi, memanipulasi komunikasi internal CIA, dan pada saat yang sama terlibat dalam pertarungan fisik yang intens. Adegan ini menggambarkan bagaimana di dunia modern, keahlian digital sama pentingnya dengan kemampuan fisik dalam pertempuran intelijen.
Setelah mengalahkan Asset dan menggagalkan rencana Dewey, Bourne berhasil mengekspos rencana pengawasan ilegal CIA ke publik. Ini memicu debat global tentang privasi, keamanan nasional, dan etika penggunaan teknologi untuk pengawasan.
Film berakhir dengan Bourne menghilang kembali, kali ini dengan pemahaman yang lebih dalam tentang dunia digital yang kompleks di mana dia beroperasi. Sementara itu, di CIA, perubahan kepemimpinan membawa harapan untuk pendekatan yang lebih etis terhadap intelijen di era digital, meskipun tantangan baru sudah menanti di horizon.
Rangkuman
"Jason Bourne" (2016) bukan hanya film aksi-thriller, tapi juga eksplorasi mendalam tentang implikasi teknologi modern dalam dunia spionase dan keamanan nasional. Film ini menggambarkan bagaimana kemajuan dalam komputasi, jaringan, dan analisis data telah mengubah cara operasi intelijen dijalankan. Dari peretasan database high-security hingga penggunaan AI untuk analisis prediktif, dari manipulasi media sosial hingga pengawasan berbasis IoT, film ini menampilkan berbagai aspek teknologi yang saat ini menjadi bagian integral dari operasi intelijen modern. Lebih dari itu, film ini mengangkat pertanyaan penting tentang keseimbangan antara keamanan nasional dan privasi individu di era digital. Ia menggambarkan bagaimana teknologi yang sama yang memberi kita kenyamanan dan konektivitas juga dapat digunakan sebagai alat untuk kontrol dan pengawasan yang invasif.Pada akhirnya, "Jason Bourne" (2016) adalah potret yang menarik tentang bagaimana seorang agen yang terlatih di era analog harus beradaptasi dengan realitas dunia digital. Ini adalah cerita tentang manusia melawan mesin, privasi melawan keamanan, dan pencarian kebenaran di era di mana informasi bisa menjadi senjata yang paling kuat.
Butuh jasa pembuatan aplikasi skripsi, harga MURAH dan pengerjaan CEPAT,
hubungi Wa: 0856 0178 8364

Portofolio
Berikut kami tampilkan beberapa portofolio yang pernah kami kerjakan. Lihat Selengkapnya
Oleh : Firda
Tanggal Publikasi :
Bebas DP bagi Skripsi dengan Judul dan Konsep yang Jelas
Sisa Kuota 2
Sisa Waktu : : : :





























