Percuma belajar coding ditengah gempuran kecerdasan buatan
TweetDalam beberapa hari terakhir, pernyataan kontroversial dari Jensen Huang, CEO Nvidia, telah mengguncang industri teknologi informasi. Huang dengan tegas menyatakan, "Percuma belajar komputer. Kami akan membuat komputer jadi lebih pintar, sehingga tak ada lagi yang perlu belajar ilmu komputer untuk membuat pemrograman komputer." Pernyataan ini tentunya membangkitkan kekhawatiran di kalangan para programmer, lulusan teknik informatika, sistem informasi, dan ilmu komputer tentang masa depan profesi mereka.

Masa Depan Profesi Programmer di Era Kecerdasan Buatan
Dalam era revolusi industri 4.0, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah mencapai kemajuan yang luar biasa. Berbagai perusahaan raksasa teknologi, seperti Nvidia, Google, Microsoft, dan Amazon, telah memusatkan upaya mereka pada pengembangan AI yang lebih canggih dan mampu menyelesaikan tugas-tugas kompleks yang sebelumnya hanya dapat dilakukan oleh manusia. Dengan kemampuan machine learning dan deep learning, AI semakin mampu menganalisis data dalam jumlah besar, mengenali pola, dan membuat keputusan yang cerdas.
Salah satu bidang yang paling terpengaruh oleh perkembangan AI adalah pemrograman komputer. Selama bertahun-tahun, programmer manusia telah menjadi tulang punggung dalam pengembangan perangkat lunak dan aplikasi. Mereka menerjemahkan persyaratan bisnis ke dalam kode yang dapat dieksekusi oleh komputer. Namun, dengan kemajuan AI, banyak yang mempertanyakan apakah profesi programmer masih akan relevan di masa depan.
Nvidia, sebagai pemimpin dalam industri GPU dan AI, telah mengembangkan teknologi yang disebut "Tensor Core", yang mampu melakukan operasi machine learning dengan kecepatan dan efisiensi tinggi. Dengan kemampuan ini, Nvidia berharap dapat menciptakan AI yang cukup cerdas untuk menulis kode secara otomatis, hanya dengan menerima instruksi atau persyaratan dari pengguna.
Jika visi Huang terwujud, maka profesi programmer seperti yang kita kenal saat ini mungkin akan mengalami perubahan besar atau bahkan menjadi tidak relevan. Alih-alih menulis kode secara manual, programmer di masa depan mungkin hanya perlu memberikan instruksi atau spesifikasi kepada AI, dan AI akan menghasilkan kode yang dibutuhkan secara otomatis.
Tentu saja, gagasan ini masih belum sepenuhnya terwujud dan masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi. Pengembangan AI yang cukup cerdas untuk menulis kode yang kompleks dan efisien bukanlah tugas yang mudah. Selain itu, ada kekhawatiran tentang masalah keamanan, privasi, dan etika yang terkait dengan penggunaan AI dalam pemrograman.
Namun, terlepas dari tantangan tersebut, banyak ahli percaya bahwa AI akan semakin berperan dalam pemrograman di masa depan. Ini dapat membawa perubahan signifikan dalam cara kita mengembangkan perangkat lunak dan aplikasi. Programmer di masa depan mungkin tidak perlu memiliki keterampilan coding yang mendalam, tetapi lebih fokus pada pemahaman masalah bisnis, desain sistem, dan interaksi dengan AI.
Bagi mahasiswa atau lulusan baru di bidang teknik informatika, sistem informasi, dan ilmu komputer, pernyataan Huang mungkin terdengar mengkhawatirkan. Namun, penting untuk dicatat bahwa perkembangan teknologi selalu membawa perubahan dalam pasar tenaga kerja. Alih-alih melihat ini sebagai ancaman, generasi muda harus siap untuk beradaptasi dan memanfaatkan peluang yang ditawarkan oleh AI.
Meskipun tugas coding manual mungkin berkurang, kebutuhan akan pemahaman konsep-konsep dasar komputer, algoritma, arsitektur sistem, dan pemecahan masalah masih akan tetap relevan. Para lulusan di bidang ini harus mengembangkan keterampilan baru, seperti pemahaman mendalam tentang AI, machine learning, dan data science, untuk tetap kompetitif di pasar kerja masa depan.
Selain itu, perkembangan AI juga membuka peluang baru dalam bidang-bidang seperti pengembangan model AI, pengawasan dan pengujian AI, serta etika dan regulasi AI. Profesi baru seperti "AI Trainer" atau "AI Ethicist" mungkin akan muncul seiring dengan adopsi AI yang lebih luas dalam berbagai industri.
Di masa depan, kolaborasi antara manusia dan AI mungkin menjadi norma baru dalam pengembangan perangkat lunak dan aplikasi. Programmer manusia akan berperan dalam memberikan arahan, menentukan persyaratan, dan mengawasi proses, sementara AI akan melakukan tugas-tugas coding yang lebih rutin dan berulang.
Meskipun ada kekhawatiran tentang profesi programmer yang mungkin hilang, penting untuk dicatat bahwa setiap revolusi teknologi membawa perubahan dalam pasar tenaga kerja. Seperti yang telah terjadi di masa lalu, beberapa profesi mungkin menghilang, tetapi profesi baru juga akan muncul. Yang terpenting adalah kemampuan untuk beradaptasi, belajar keterampilan baru, dan memanfaatkan peluang yang dibawa oleh teknologi baru.
Bagi mahasiswa atau lulusan baru yang sedang berjuang dengan skripsi atau tugas akhir, pernyataan Huang mungkin terdengar melegakan. Namun, penting untuk tetap fokus pada penguasaan konsep-konsep dasar dan keterampilan pemecahan masalah, karena ini akan menjadi fondasi yang kuat untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi di masa depan.
Pada akhirnya, masa depan profesi programmer akan bergantung pada bagaimana kita memanfaatkan teknologi AI secara bijak dan etis. Alih-alih menganggapnya sebagai ancaman, kita harus melihatnya sebagai peluang untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kreativitas dalam pengembangan perangkat lunak dan aplikasi. Dengan kolaborasi yang baik antara manusia dan AI, kita dapat menciptakan solusi yang lebih canggih dan bermanfaat bagi masyarakat.
Kami menerima jasa pembuatan aplikasi skripsi untuk teknik informatika, sistem informasi dan ilmu komputer. dengan pengerjaan yang cepat dan biaya yang terjangkau bagi mahasiswa. tentu kami bisa menjadi solusi terbaik untuk anda
Portofolio
Berikut kami tampilkan beberapa portofolio yang pernah kami kerjakan. Lihat Selengkapnya
Oleh : Firda
Tanggal Publikasi :
Bebas DP bagi Skripsi dengan Judul dan Konsep yang Jelas
Sisa Kuota 2
Sisa Waktu : : : :





























